Demokrat: Mengapa 'Perang' di Antara Jokowi dan Prabowo Seakan Mau Diturunkan ke Ganjar dan Anies?

JAKARTA, - Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra, mengatakan bahwa elite politik harus memberikan contoh menjaga komunikasi dengan semua pihak serta menghargai perbedaan agar menghentikan polarisasi.

"Melihat pihak yang berbeda pendapat atau berbeda kubu, bukan sebagai musuh, melainkan sebagai lawan berdialektika, dan mitra dalam membangun negeri," kata Herzaky dalam keterangannya, Selasa (28/6).

Herzaky menyinggung Pilpres 2014 dan Pilpres 2019 yang membuat keterbelahan masyarakat. Herzaky mendorong munculnya tiga paslon di Pilpres 2024 untuk mencegah hal itu terjadi lagi.

"Pilpres 2014 dan 2019 yang hanya diikuti dua kubu dan sosok yang bertarung sama persislah yang membuat keterbelahan di masyarakat semakin mendalam. Buka ruang untuk koalisi dan pasangan calon minimal tiga di Pilpres 2024 untuk cegah keterbelahan," ujarnya.

"Padahal jelas-jelas polarisasi ini, keterbelahan di masyarakat, terjadi sejak Pilpres 2014, ketika hanya ada dua kubu capres, Jokowi dan Prabowo, yang kemudian berlanjut pada 2019," sebutnya.

Herzaky mengimbau untuk berhenti menyebarkan politik kebencian. Ia mempertanyakan seolah kompetisi antara Jokowi dan Prabowo di pilpres sebelumnya diturunkan ke Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.

"Pertanyaannya, mengapa seakan perang di antara Jokowi dan Prabowo seakan mau diturunkan ke Ganjar dan Anies? Siapa sebenarnya yang mendapat untung dari polarisasi selama 2014 dan 2019? Pihak mana? Tokoh mana? Parpol mana? Mereka yang mendapatkan keuntungan dari polarisasi dan keterbelahan masyarakat inilah, sumber masalah sebenarnya," katanya.

"Hati-hati terhadap mereka yang berupaya mengekalkan polarisasi, mengorbankan keutuhan masyarakat, bangsa, dan negara ini, demi kepentingan elektoral mereka semata," imbuhnya.



sumber: www.jitunews.com